Untung rugi lari di malam hari
Karena terlalu sibuk dengan aktivitas di kantor, banyak
orang yang tidak sempat berolahraga di pagi atau sore hari. Jalan keluarnya,
olahraga di malam hari pun jadi pilihan.
Beberapa tahun belakangan, komunitas lari bareng di malam
hari menjadi tren baru di kota besar seperti Jakarta. Ditinjau dari segi
kesehatan, apakah berlari atau berolahraga di malam hari bisa menyehatkan? Atau
justru malah sebaliknya?
“Itu lebih menyehatkan daripada tidak olahraga sama sekali,”
ujar Michael Triangto, dokter spesialis kesehatan olahraga, saat dihubungi CNN
Indonesia, Minggu (16/11).
Dijelaskan Michaeal, setiap orang memiliki jam biologis
tubuh yang berbeda. Ada orang yang saat matahari terbit tubuhnya bekerja dengan
baik tetapi loyo di malam hari, dan sebaliknya ada 'manusia malam'.
Bagi yang tak terbiasa, olahraga di malam hari bisa
mengganggu jam tidur. Tapi jika sudah terbiasa, aktivitas tersebut tidak akan
berdampak buruk.
“Seperti saya contohnya, pulang kerja sudah malam, pagi
sudah berangkat lagi. Baru sempat olahraga ya jam 12 malam,” kata dokter yang
praktik di RS Mitra Kemayoran ini.
Menurutnya, tren berlari di malam hari sah-sah saja diikuti
asal si empunya tubuh bisa sadar dengan kondisi tubuhnya sendiri. Jangan
memaksa mengikuti tren atau sekadar gaya-gayaan bila kondisi tubuh memang tidak
memungkinkan.
Orang berisiko tinggi
Tidak semua orang aman mengikuti acara kompetisi lari di
malam hari, terutama dengan jarak yang cukup jauh. Setiap peserta sebaiknya
sudah mengantongi surat keterangan dari dokter untuk dapat mengikuti kompetisi
seperti itu. Bila asal-asalan, nyawa jadi taruhannya.
Menurut Michael, orang-orang dengan kondisi kesehatan
tertentu sebaiknya tidak memaksakan diri mengikuti tren lari dengan jarak jauh,
apalagi di malam hari. Kondisi tersebut antara lain tekanan darah tinggi
(hipertensi), gangguan irama jantung, gangguan pernapasan, alergi dingin, dan
obesitas.
“Tekanan darah tinggi bisa meningkatkan risiko stroke.
Alergi dingin juga berbahaya kalau lari-lari malam gitu. Kalau alerginya kambuh
sampai saluran napas bengkak, itu juga bisa kehabisan napas dan meninggal. Dan
untuk orang obesitas bisa meningkatkan risiko cedera lutut,” ujar Michael.
Olahraga pagi versus olahraga malam
Dibanding olahraga di malam hari, Michael mengakui memang
olahraga di pagi hari lebih menyehatkan. Salah satu alasannya, karena di pagi
hari ada sinar matahari yang membantu mengubah provitamin D di jaringan kulit
menjadi vitamin D.
Pagi hari yang bebas dari polusi juga sering dijadikan
alasan. Tapi hal itu tidak berlaku di kota metropolitan seperti Jakarta. “Di
Jakarta kapan tidak ada polusi?,” tanyanya.
Di daerah yang masih banyak ditumbuhi pohon, olahraga di
malam hari sebaiknya tidak dilakukan. Alasannya, karena tumbuhan akan
memproduksi karbondioksida di malam hari yang bisa membuat kadar oksigen
berkurang. Berolahraga malam di dekat pepohonan bisa membuat Anda kekurangan
oksigen untuk bernapas.
“Tapi kalau lari-larinya di jalan Thamrin atau Sudirman (Jakarta),
ya mana ada pohon,” kata Michael menutup perbincangan.
Post a Comment